Gallery 99 Tables. Makin Tua Makin Menjadi
Oleh Kevin
Semakin bertambah usia, justru semakin tinggi nilainya. Yang dianggap buruk rupa, justru menjadi nilai jual dan bernilai seni. Itulah kayu. Bahkan, sebongkah kayu yang rusak karena prose salami pun tetap dicari.
Tentu saja, butuh kejelian dan rasa seni tersendiri untuk mampu mengkreasikannya sehingga tampi apik. Hani Moniaga termasuk salah satu di antaranya yang merasa tertantang. Lebih dulu dikenal sebagai fotografer di Indonesia, kecintaannya terhadapa kayu membawanya melangkah lebih jauh dala mdunia furniture kayu. Bukan sembarang kayu, tetapi khusus yang telah berusia ratusan tahun. “Yang jelas, hanya menggunakan kayu bekas yang diteliti dengan baik.
Kalaupun memotong, seperti kayu kelengkeng, itu karena roboh atau menempel di rumah sehingga membahayakan keselamatan penghuni rumah,” ujar Hani. Untuk itu, ia rajin berburu kayu di rumah-rumah tua-bukan rumah tradisi-yang dibelinya, di daerah jawa Tengah dan Jawa Timur. Di sini biasanya diperoleh kayu-kayu yang masih dalam kondisi baik, meski usianya berkisar antara 100-200 tahun.
Tetapi, berburu kayu di rumah tua ada seninya tersendiri. “Di rumah tua banyak yang menggunakan kayu jati. Tetapi tidak semuanya menggunakan kayu jati yang baik. Jati yang baik itu ditebang ketika usianya memang sudah tua. Sementara kadang ditemui, kayu yang ketika ditebang belum cukup matang. Nah, menilai baik tidaknya inilah yang tak mudah,” terangnya.
Bicara kayu, tentu tak lepas dari seni alur uratnya. Menurut Hani lagi, pohon dengan alur urat terbaik di dunia biasanya tumbuh di dataran tinggi dan merupakan pohon buah.
Seperti halnya pohon kelengkeng, yang tumbuh di Ambarawa, Jawa Tengah. Dianggap sebagai pohon bermasalah karean mudah retak, namun justru hal inilah yang dicari dan menjadi nilai seni. Dengan sedikit finishing ulang, kayu diolah menjadi furniture cantik.
Hal ini pun tak mudah dilakukan. Setiap langkahnya perlu diperhatikan detil. Mulai dari cara memotong pohon agar menghasilkan kualitas alur urat yang baik hingga proses finishing nya. Jika alur urat kayu sudah cantik, permukaan kayu pun hanya perlu dihaluskan, tanpa diberi finishing apapun.
Semua itu ia gubah menjadi meja yang bersifat ekslusif, mengingat tak mungkin ada desain yang persis sama. Permasaran seperti apa? Tengok koleksinya dalam pameran “The Soul of an Old Tree” 99 Tables Exhibition, di Gandaria City, Ground Flour. Untuk bisa menelusurinya lagi, bisa juga mnilik ke www.galery99tables.com
Oleh Kevin
Semakin bertambah usia, justru semakin tinggi nilainya. Yang dianggap buruk rupa, justru menjadi nilai jual dan bernilai seni. Itulah kayu. Bahkan, sebongkah kayu yang rusak karena prose salami pun tetap dicari.
Tentu saja, butuh kejelian dan rasa seni tersendiri untuk mampu mengkreasikannya sehingga tampi apik. Hani Moniaga termasuk salah satu di antaranya yang merasa tertantang. Lebih dulu dikenal sebagai fotografer di Indonesia, kecintaannya terhadapa kayu membawanya melangkah lebih jauh dala mdunia furniture kayu. Bukan sembarang kayu, tetapi khusus yang telah berusia ratusan tahun. “Yang jelas, hanya menggunakan kayu bekas yang diteliti dengan baik.
Kalaupun memotong, seperti kayu kelengkeng, itu karena roboh atau menempel di rumah sehingga membahayakan keselamatan penghuni rumah,” ujar Hani. Untuk itu, ia rajin berburu kayu di rumah-rumah tua-bukan rumah tradisi-yang dibelinya, di daerah jawa Tengah dan Jawa Timur. Di sini biasanya diperoleh kayu-kayu yang masih dalam kondisi baik, meski usianya berkisar antara 100-200 tahun.
Tetapi, berburu kayu di rumah tua ada seninya tersendiri. “Di rumah tua banyak yang menggunakan kayu jati. Tetapi tidak semuanya menggunakan kayu jati yang baik. Jati yang baik itu ditebang ketika usianya memang sudah tua. Sementara kadang ditemui, kayu yang ketika ditebang belum cukup matang. Nah, menilai baik tidaknya inilah yang tak mudah,” terangnya.
Bicara kayu, tentu tak lepas dari seni alur uratnya. Menurut Hani lagi, pohon dengan alur urat terbaik di dunia biasanya tumbuh di dataran tinggi dan merupakan pohon buah.
Seperti halnya pohon kelengkeng, yang tumbuh di Ambarawa, Jawa Tengah. Dianggap sebagai pohon bermasalah karean mudah retak, namun justru hal inilah yang dicari dan menjadi nilai seni. Dengan sedikit finishing ulang, kayu diolah menjadi furniture cantik.
Hal ini pun tak mudah dilakukan. Setiap langkahnya perlu diperhatikan detil. Mulai dari cara memotong pohon agar menghasilkan kualitas alur urat yang baik hingga proses finishing nya. Jika alur urat kayu sudah cantik, permukaan kayu pun hanya perlu dihaluskan, tanpa diberi finishing apapun.
Semua itu ia gubah menjadi meja yang bersifat ekslusif, mengingat tak mungkin ada desain yang persis sama. Permasaran seperti apa? Tengok koleksinya dalam pameran “The Soul of an Old Tree” 99 Tables Exhibition, di Gandaria City, Ground Flour. Untuk bisa menelusurinya lagi, bisa juga mnilik ke www.galery99tables.com
No comments:
Post a Comment